Bapak Toto Karta Gunawan, S.H. merupakan salah satu staf guru SMP Negeri 1 Magelang. Beliau mengajar bidang studi Matematika, PLH Kepala Sekolah pada tahun 2004 dan boleh dibilang menjadi guru yang sekalu dikenang oleh alumni-alumni SMP Negeri 1 Magelang. Namun, beliau sudah meninggal dunia, dan itu terjadi ketika saya sedang duduk di kelas XI SMA. Sampai sekarang, beliau ini merupakan orang yang paling saya hormati di dunia ini setelah orang tua saya. Berikut kisah saya tentang Bapak Toto Karta Gunawan ini.
Rumah saya dengan Pak Totok ini, begitu panggilan akrab beliau, sangatlah dekat, ya mungkin cuma 100 meter. Namun, saya sendiri mulai dekat dengan Pak Totok sejak saya berhasil masuk ke SMP Negeri 1 Magelang. Sebelum itu, saya hanya terbiasa melihat beliau melewati rumah saya ketika beliau berangkat ke sekolah menggunakan vespa dengan suara khasnya :DD. Tidak begitu dekat dengan Pak Totok di masa-masa itu sebenarnya bukan tanpa alasan. Saya, semasa sekolah di Sekolah Dasar sampai lulus, adalah seorang yang sangat pemalu. Saya malu berkomunikasi dengan orang, malu bertemu dengan orang-orang baru, bahkan menatap orang saja saya takut. Dan garis besarnya, betapa "menakutkan"nya sifat saya ini, hahaha :))))). Meskipun begitu, dalam kehidupan sekolah, saya tetap memiliki beberapa teman dekat yang setiap hari biasa saya ajak untuk bermain. Sampai akhirnya saya lulus SD, dan masuk ke SMP Negeri 1 Magelang.
Ketika pengumuman seleksi SMP Negeri 1 Magelang, hanya 1 teman SD saya yang sama-sama lolos seleksi seperti saya. Dan ketika tiba saat pembagian kelas, saya terpisah dengan teman saya itu. Wah, ini dia gawatnya. Akibat dari sifat-sifat "mengerikan" itu, saya jadi kesulitan mencari teman, atau setidaknya teman bicara. Kalaupun ada orang yang mau diajak bicara, timbul perasaan tidak nyaman pada diri saya, entah kenapa. Saat-saat itu pun menjadi saat-saat yang tidak nyaman bagi saya, terutama ketika ada di jam sekolah. Akhirnya, muncul lah pemikiran gila. Demi mendapat kenyaman saat bersekolah, saya ingin pindah ke sekolah lain di mana banyak teman-teman dekat saya semasa SD berkumpul. Disebut gila karena memang SMPN 1 Magelang ini benar-benar unggulan di Kota Magelang, sedangkan target sekolah yang saya inginkan itu kualitasnya ada di bawah SMPN 1 Magelang. Orang yang paling bingung saat itu jelaslah orang tua saya. Ayah saya lebih suka diam, akan tetapi Ibu saya ini yang panic at the disco. Segala cara Ibu saya lakukan agar saya bisa pindah, bahkan mengubungi teman-teman Ibu yang memiliki kerabat guru SMP tersebut. Namun, usaha itu sia-sia.
Sampai suatu hari, seminggu setelah saya bersekolah di SMPN 1 Magelang ini, Pak Totok memanggil saya pagi-pagi sekali, tepatnya sebelum berangkat ke sekolah. Saat itu saya diberitahu ayah saya, kalau saya dipanggil Pak Totok jelas karena keinginan saya pengen cabut dari SMPN 1 Magelang. Waktu itu ayah mengantarkan saya, karena Pak Totok memang memanggil saya lewat perantara ayah. "Siap-siap dibantai ini", begitu lah bayangan saya waktu itu ditambah alasan memang Pak Totok itu terkenal galak. Nah, sampai di rumahnya. Ketika itu saya dibuatkan segelas teh, dan Pak Totok langsung to the point, saat itu. Beliau bilang, "Sudah tidak usah pindah, apalagi cuma gara2 alasan bodoh. Biar betah, tanamkan dulu keyakinan pada hatimu. Sudah, pokoknya yakin saja, dan jangan pindah. Saya manggil kamu ke sini bukan untuk memarahi dan menceramahi kamu, saya hanya minta kamu jangan pindah, itu saja. Kita belum akan berangkat ke sekolah, sebelum hati kamu yakin, dan setelah itu menjabat tangan saya. Baru setelah itu, kita berangkat sekolah. Namun, ketika besok-besok muncul lagi ketidakyakinanmu itu, saya akan panggil kamu lagi, saya tunggu hatimu yakin lagi, dan tentu saja menjabat tangan saya." Ketika itu saya sulit sekali untuk yakin dalam waktu singkat, tapi saya terus mencoba, dan ketika muncul hentakan "deg" di hati saya, saat itu lah saya merasa yakin, dan saya menjabat tangan beliau. Itulah awalnya saya menemukan kenyamanan bersekolah di SMPN 1 Magelang.
1 tahun selama di kelas 1, pemahaman saya terhadap mata pelajaran yang diajarkan sebetulnya standar-standar saja, sangat berbeda seperti saat di SD, di mana saya menikmati saat memahami beberapa mata pelajarang, terutama matematika.
Tapi saat di kelas 1 SMP ini, saya ini sangat dodol sama matematika. Seperti contohnya, mencari KPK dan FPB saja saya kerepotan, menggambar diagram venn adalah sesuatu yang bikin saya berkeringat ketika membuatnya, dan alhasil nilai-nya pun jadi standar-standar saja, dapet nilai 7 saja wah, sudah merasa luar biasa bagi saya. Sebetulnya ketika itu saya sudah disuruh les di Pak Totok ini, tetapi karena suatu hal, saya menundanya dulu hingga naik ke kelas 2. Baru deh di kelas 2, saya ikut les di Pak Totok. Saat itu, karena ayah adalah teman baik Pak Totok, saya dibebasin dari biaya les alias gratis. Nah saat ini pula perubahan terjadi.
Gaya mengajar Pak Totok memang beda, beliau sangat tegas, tapi sering melontarkan joke yang membuat lidah ini tidak berhenti tertawa, bertanya kpada murid dgn cara memukulkan penggaris kayu keras di meja murid yang ditanya, atau lebih tepatnya dipukulkan di buku yang sedang "diadep" siswa itu, dan selain itu juga, 15-30 menit terakhir bercerita tentang nilai kehidupan lewat cerita pengalaman hidup beliau. Mengenai sistematika mengajar, beliau juga seperti "banting tulang" karena beliau tidak pernah duduk saat mengajar, yang ada terus mengajari muridnya dengan suara keras yang tak pernah surut, sambil menulis di papan tulis. Bahkan itu dilakukan beliau ketika beliau sedang sakit, itu dibuktikan dengan suara serak beliau di beberapa kesempatan. Tapi ini yang luar biasa, beliau tetap mencoba mengajar dengan suara sekeras mungkin ( sambil memegang obat pilek hirup, namanya apa ya saya lupa...,kalau gak salah vix :D ), dan tetap tidak pernah duduk. Beliau hanya duduk saat menagih biaya les murid-murid :DDD.
Sejak ini saya mengalami perubahan. Gaya cepat dalam mengerjakan soal matematika yang diajarkan Pak Totok ini, membuat kemampuan saya dalam matematika meningkat, bahkan boleh saya katakan meningkat drastis. Selain bisa dalam mengerjakan soal, kecepatan juga saya dapat. Ketika saya mendapat soal susah, entah kenapa di otak saya muncul dengan cepat banyak jalan/cara mengerjakan soal itu. Dan ketika mendapat soal yang sangat susah sekalipun, saya biasanya tidak akan pernah tidur sampai saya menemukan solusi atas soal tersebut. Belajar seperti bermain, itulah mungkin ungkapannya. Mengerjakan soal matematika seperti bermain playstation, sangat menarik, dan semakin sulit soalnya, semakin bersemangatlah saya. Warisan itu yang melekat pada diri saya sampai sekarang, dan saya benar-benar bersyukur kepada Allah SWT dan Pak Totok sebagai perantara Allah SWT, yang memberikan saya kemampuan seperti ini. Karena telah mengantarkan saya menjalani pendidikan di salah satu perguruan tinggi berkualitas di Indonesia, hingga lulus sarjana S1 seperti sekarang.
Selain itu, sifat pemalu saya juga berangsur-angsur hilang.Ya meskipun sampai sekarang, saya masih cenderung pemalu jika berhadapan dengan seorang perempuan, apalagi jika perempuan itu adalah perempuan yang saya kagumi (lho, malah curhat :DDD ). Begitu juga ketika menghadapi masalah hidup, mirip kasus soal matematika yang susah, saya biasanya tidak akan menutup mata/berhenti bergerak sebelum masalah itu terselesaikan. Tidak suka telat, seperti ketidaksukaan Pak Totok pada murid yang telat ataupun tidak mengerjakan PR, langsung dihukum lari mengitari lapangan basket :)))))))).
Satu hal yang pasti, selain mengubah saya menjadi orang lebih baik dari segi kemampuan dan kepribadian, ada beberapa hal lain yang dilakukan beliau yang membuat saya sangat menghormati beliau.
Tapi saat di kelas 1 SMP ini, saya ini sangat dodol sama matematika. Seperti contohnya, mencari KPK dan FPB saja saya kerepotan, menggambar diagram venn adalah sesuatu yang bikin saya berkeringat ketika membuatnya, dan alhasil nilai-nya pun jadi standar-standar saja, dapet nilai 7 saja wah, sudah merasa luar biasa bagi saya. Sebetulnya ketika itu saya sudah disuruh les di Pak Totok ini, tetapi karena suatu hal, saya menundanya dulu hingga naik ke kelas 2. Baru deh di kelas 2, saya ikut les di Pak Totok. Saat itu, karena ayah adalah teman baik Pak Totok, saya dibebasin dari biaya les alias gratis. Nah saat ini pula perubahan terjadi.
Gaya mengajar Pak Totok memang beda, beliau sangat tegas, tapi sering melontarkan joke yang membuat lidah ini tidak berhenti tertawa, bertanya kpada murid dgn cara memukulkan penggaris kayu keras di meja murid yang ditanya, atau lebih tepatnya dipukulkan di buku yang sedang "diadep" siswa itu, dan selain itu juga, 15-30 menit terakhir bercerita tentang nilai kehidupan lewat cerita pengalaman hidup beliau. Mengenai sistematika mengajar, beliau juga seperti "banting tulang" karena beliau tidak pernah duduk saat mengajar, yang ada terus mengajari muridnya dengan suara keras yang tak pernah surut, sambil menulis di papan tulis. Bahkan itu dilakukan beliau ketika beliau sedang sakit, itu dibuktikan dengan suara serak beliau di beberapa kesempatan. Tapi ini yang luar biasa, beliau tetap mencoba mengajar dengan suara sekeras mungkin ( sambil memegang obat pilek hirup, namanya apa ya saya lupa...,kalau gak salah vix :D ), dan tetap tidak pernah duduk. Beliau hanya duduk saat menagih biaya les murid-murid :DDD.
Sejak ini saya mengalami perubahan. Gaya cepat dalam mengerjakan soal matematika yang diajarkan Pak Totok ini, membuat kemampuan saya dalam matematika meningkat, bahkan boleh saya katakan meningkat drastis. Selain bisa dalam mengerjakan soal, kecepatan juga saya dapat. Ketika saya mendapat soal susah, entah kenapa di otak saya muncul dengan cepat banyak jalan/cara mengerjakan soal itu. Dan ketika mendapat soal yang sangat susah sekalipun, saya biasanya tidak akan pernah tidur sampai saya menemukan solusi atas soal tersebut. Belajar seperti bermain, itulah mungkin ungkapannya. Mengerjakan soal matematika seperti bermain playstation, sangat menarik, dan semakin sulit soalnya, semakin bersemangatlah saya. Warisan itu yang melekat pada diri saya sampai sekarang, dan saya benar-benar bersyukur kepada Allah SWT dan Pak Totok sebagai perantara Allah SWT, yang memberikan saya kemampuan seperti ini. Karena telah mengantarkan saya menjalani pendidikan di salah satu perguruan tinggi berkualitas di Indonesia, hingga lulus sarjana S1 seperti sekarang.
Selain itu, sifat pemalu saya juga berangsur-angsur hilang.Ya meskipun sampai sekarang, saya masih cenderung pemalu jika berhadapan dengan seorang perempuan, apalagi jika perempuan itu adalah perempuan yang saya kagumi (lho, malah curhat :DDD ). Begitu juga ketika menghadapi masalah hidup, mirip kasus soal matematika yang susah, saya biasanya tidak akan menutup mata/berhenti bergerak sebelum masalah itu terselesaikan. Tidak suka telat, seperti ketidaksukaan Pak Totok pada murid yang telat ataupun tidak mengerjakan PR, langsung dihukum lari mengitari lapangan basket :)))))))).
Satu hal yang pasti, selain mengubah saya menjadi orang lebih baik dari segi kemampuan dan kepribadian, ada beberapa hal lain yang dilakukan beliau yang membuat saya sangat menghormati beliau.
- Pendidik anak yang baik. Ya karena tetangga beliau, otomatis saya jadi kenal semua anak-anak beliau. Umur-umur anak beliau ya rentang 25-35 tahun ada 3 orang. Tiga-tiganya boleh dibilang cukup sukses dan sukses juga dalam hal kepribadian. Pernah suatu ketika anaknya bercerita kepada saya, "Dulu, waktu SD kalau gak salah. Habis maghrib pasti ada kejadian aneh. Entah kenapa, TV yang waras-waras saja seharian, pasti jadi bures saat habis maghrib itu, dan itu terjadi setiap hari. Tapi beranjak dewasa saya akhrinya tahu. Ternyata TV itu bures, karena bapak selalu melepas sambungan antenna ke port televisi, dan akhirnya jadi bures. Alasannya ya itu, kita-kita jadi gak bisa nonton tv, karena habis maghrib adalah saat untuk belajar".
- Pernah suatu ketika saat saya masih di kelas 2 SMP, ayah dari teman saya meninggal dunia. Kebetulan teman saya ini berasal dari keluarga yang tidak mampu, dan karena meninggalnya ayahnya ini, teman saya memutuskan untuk berhenti sekolah. Ternyata hal ini terdengar sampai ke telinga beliau. Suatu ketika, teman saya ini dipanggil oleh beliau. Saya tidak tahu apa yang dibicarakan karena saya menang tidak ada di situ :hammers. Namun, beberapa hari kemudian, teman saya ini lewat di rumah saya sambil membawa tas besar, ya kayak orang mau pindahan. Setelah saya lihat melalui jendela, teman saya ini ternyata menuju ke rumah Pak Totok. Karena penasaran, langsung saja deh saya menghampiri teman saya ini. Di situ, saya bertanya apa yang sebenarnya sedang terjadi. Nah, teman saya ini akhirnya cerita, "Mulai malam ini ak tinggal di sini. Seperti yang sudah kamu tahu, ayah saya meninggal. Saya tidak mempunyai biaya untuk bersekolah sehingga terpikir untuk berhenti sekolah. Akan tetapi suatu hari, Pak Totok memanggil saya, entah ada apa. Saya menemui beliau, dan beliau berkata kepada saya, "Sudah jangan berhenti sekolah. Tidak ada biaya ?? Ya sudah, saya yang biayai. Tapi ya itu ada syaratnya. Yang pertama, kamu harus sekolah sampai lulus di SMPN 1 Magelang ini, dengan nilai yang baik. Yang kedua, selama bersekolah sampai lulus, kamu harus tinggal di rumah saya, ya untuk mengurangi beban ibu kamu juga. Bagaimana ?". Mendengar tawaran beliau, saya langsung mengucap syukur, dan menerima tawaran beliau". Sampai sekarang saya masih sering ketemu dengan teman saya ini, karena setiap momen Idul Fitri, teman saya ini pasti bersilaturahmi ke rumah beliau, dan menyempatkan untuk mampir ke rumah saya.
- Dulu saat Ibu Th. Sri Ambarwati memasuki masa akhir menjadi kepala sekolah SMPN 1 Magelang, Pak Totok ini sebenarnya ditunjuk menjadi kepala sekolah. Tapi uniknya, beliau ini tidak mau, maunya cuma jadi PLH sebelum kepala sekolah yang baru ditunjuk. Terkadang aneh karena jabatan kepala sekolah mungkin menjadi impian setiap guru di sekolah, tapi ternyata beliau ini tidak mau. Mau tahu alasannya ?? Beliau bilang, "Kalau saya jadi kepala sekolah, lha saya tidak bisa mengajar matematik lagi donk ke murid-murid ??", sambil tersenyum.
- Tidak pandang bulu. Ketika mengajar, perlakuan Pak Totok yang terkesan galak, dialami oleh semua murid. Baik itu murid anaknya polisi, rektor, pejabat, atau pedagang sekalipun, beliau memandangnya sama. Beliau ini memang terkesan galak pada anak-anak yang prestasinya kurang tapi bandel.
- S.H. tapi kok malah jadi guru, gak jadi pengacara, hakim, dll ?? Nah ini yang sebenarnya saya sendiri belum tahu jawabannya. Tapi hal ini justru menjadi inspirasi saya. Sejak bertemu Pak Totok ini, saya jadi selalu punya keinginan/cita-cita menjadi guru. Sampai sekarang pun, meskpun bergelar S1 Sarjana Teknik, saya masih ingin menjadi seorang pengajar.
- Nah yang terakhir ini sebenarnya ucapan dari istri beliau. Beberapa tahun yang lalu, setelah Pak Totok meninggal, saya ini didatangi beliau sebanyak 3 kali tapi itu dalam mimpi. Saya ingat sekali, yang pertama adalah 2 hari sebelum saya terjun ke UM-UGM, yang kedua adalah 2 hari sebelum pengumuman kelulusan SMA, dan yang terakhir adalah malam saat belajar untuk UTS semester 1 di bangku kuliah, waktu itu saya ingat sekali mata kuliahnya adalah Teknik Digital. Isinya macam-macam, tapi tentu saja terkadang bikin saya bertanya-tanya. Akhirnya setelah mimpi yang ketiga itu, saya dan ibu saya datang ke rumah Pak Totok, ya sekedar curhat sama istri dari beliau. Nah setelah saya cerita tentang mimpi saya itu, istri beliau malah terkejut karena anggota keluarganya belum pernah sekalipun didatangi Pak Totok (di dalam mimpi). Dan akhirnya istri beliau ini cerita, "Ya saya juga tidak tahu. Itu kan cuma mimpi, itu cuma bunga tidur. Tapi kalaupun boleh menyangka-nyangka, ya itu mungkin karena Pak Totok dulunya sayang banget sama Sony. Asal tahu saja, walaupun kalau ketemu dingin, Pak Totok itu ketika makan malam, sering sekali tanya nilai-nilai, baik itu di ulangan harian ataupun bersama, yang didapat Sony di sekolah, terutama ya matematika karena kompetensi yang diajarkan Pak Totok adalah matematika. Biasanya nanya, "Gimana nilai ulangan matematik Sony ? Bagus-bagus kan ? ". Beliau saat itu mengharapkan Sony pada babak finalnya (UAN), matematikanya dapet 10.00. Dan setelah pengumuman nilai UAN, tahu dapet nilai 100, beliau senang sekali. Bahkan di mata saya, beliau sangat senang". Saya sendiri mendengar cerita istri beliau tersebut, jujur cuma bisa mlongo.
Curhatan saya mengatakan, bahwa saya sangat terinspirasi oleh beliau. S.H. kok jadi guru?? Nah, berarti saya yang sarjana teknik pun bisa donk jd guru?? Saya memang pengen jadi guru, itulah jawaban ketika ada orang menanyakan "kamu cita2 pengen jd apa??", baik itu saat saya masih SD, SMP, SMA, PTN, ataupun sudah lulus seperti sekarang. Bahkan Insya Allah, jika saya mempunyai anak laki-laki, ingin sekali saya menamainya Toto Karta Gunawan, dan tentu saja, saya harus minta izin ma istri dan keluarga Pak Totok itu sendiri :D.
Yap mungkin itu saja sharing2 saya soal kehidupan saya bersama Alm. Toto Karta Gunawan. Dan saya selalu mendoakan, agar beliau senantiasa berbahagia di alam sana, dan amal-amal baik beliau semasa dunia diterima oleh Allah SWT :).